Mau Cari Oleh-Oleh di Festival Crossborder Skouw 2019, Beli Batik Papua Saja

Selasa, 16 April 2019 - 11:27 WIB
Mau Cari Oleh-Oleh di...
Mau Cari Oleh-Oleh di Festival Crossborder Skouw 2019, Beli Batik Papua Saja
A A A
PAPUA - Event Festival Crossborder Skouw 2019 akan menjadi momentum untuk mengangkat manmade Papua, yaitu, Batik. Coraknya keren, kental dengan nuansa Bumi Cenderawasih. Warnanya pun cerah. Batik Papua menjadi rekomendasi buat kalian yang ingin mendapatkan cenderamata.

Festival Crossborder Skouw 2019 akan digelar 9-11 Mei. Lokasinya di PLBN Skouw, Jayapura, Papua. Event ini akan diisi dengan sejumlah musisi reggae, seperti Ras Muhammad, Dave Solution, dan band asal Papua Nugini Vanimo Natives Band.

“Jangan lewatkan batik khas Papua. Motifnya sangat khas. Mencerminkan kekayaan budaya yang dimiliki Papua. Corak dan motifnya yang khas membuat Batik Papua terlihat elegan. Batik Papua ini harus menjadi oleh-oleh saat berkunjung ke Festival Crossborder Skouw 2019,” ungkap Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani, Senin (15/4/2019).

Motif Batik Papua diadopsi dari kekayaan alam Bumi Cenderawasih. Sedikitnya ada 8 motif yang kerap dipakai. Ada motif Burung Cenderawasih dan ikan. Ada juga motif Tifa, Honai, Busur, Panah, Patung, dan beragam ukiran khas Papua.

“Batik Papua khas karena ditampilkan asimetris. Untuk batik biasanya simetris, seperti motif Yogyakarta atau Solo. Motifnya beragam yang dikembangkan dari kehidupan keseharian masyarakat Papua. Hal ini tentu semakin menguatkan karakternya,” terang Ricky.

Batik Papua tampil dalam warna cerah, seperti merah, hijau, kuning, dan oranye. Komposisi ini menjadi menonjol lantaran batik identik dengan warna kalem dan cenderung gelap. Untuk pewarnaannya biasanya secara alam dan buatan. Seperti diekstrak dari Buah Pinang yang keemasan. Ada juga Kayu Besi untuk warna kecoklatan.

“Warna-warna Batik Papua terbilang berani dan tegas. Setiap warna memiliki makna, seperti merah yang menjadi representasi dari ketegasan. Lebih unik lagi, masyarakat tetap mengedepankan pewarnaan alam meski sudah ada yang buatan. Konsep ini semakin membuat Batik Papua jadi lebih berkarakter,” jelas Ricky lagi.

Proses produksi Batik Papua sama seperti lainnya. Dibuat dengan metode tulis dan cetak. Meski cukup langka, batik tulis ini dipercaya lebih artistik. Karena, dikerjakan secara tradisional. Sentra Batik Papua tulis berada di Sentani dan Port Numbay di Jayapura.

Ricky menerangkan, nuansa tradisional sangat kental dalam Batik Papua.

“Meski ada cara modern untuk mendorong industrinya, Batik Papua masih dikerjakan secara tradisional. Cara tradisional ini memang berpengaruh terhadap nilai komersialnya. Meski demikian, harga dari Batik Papua tetap terjangkau,” ujarnya lagi.

Harga Batik Papua sangat bervariasi. Untuk ukuran 1 Meter, kain Batik Papua dibanderol Rp100 Ribu hingga Rp300 Ribu. Selain corak dan teknik pembuatannya, harganya juga disesuaikan dengan bahan. Batik Papua biasanya menggunakan bahan kain sutera, satin, katun, hingga tisu.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pun memaparkan, Batik Papua sebagai kekayaan tak ternilai Indonesia.

“Batik Papua menambah kekayaan Indonesia. Batik bisa dinikmati di tiap daerah dengan corak khas. Batik Papua tidak ternilai harganya. Sebab, dikembangkan dari budaya adiluhung masyarakatnya. Pokoknya Batik Papua harus menjadi cenderamata utama dari Festival Crossborder Skouw 2019,” kata Menpar.

Untuk mendapatkan Batik Papua juga sangat mudah. Hampir semua butik di Jayapura dan Papua pada umumnya menyediakan Batik Papua ini. Selain kain, Batik Papua juga ditawarkan dalam varian lainnya. Ada kemeja, blouse, dan rok dengan bahan baku utama Batik Papua. Menpar menegaskan, Batik Papua bisa dinikmati dalam beragam bentuk.

“Ada banyak bentuk dan model untuk menikmati Batik Papua. Semuanya memberi sensasi tersendiri. Keindahan batik ini juga menegaskan Papua sebagai destinasi wisata terbaik. Selain atraksinya, Papua juga memiliki aksesibilitas dan amenitas luar biasa,” tutupnya.(*)
(alf)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0957 seconds (0.1#10.140)